Rabu, 03 Mei 2017

Jurnalawas - Histori Patah Hati

Gambar Anime "Fuuka" yang ditulis oleh Kouji Seo dengan ilustrasi oleh Eiri Shirai

Awalnya kita hanya bercanda, pada akhirnya aku lebih dulu jatuh cinta. Padahal kamu bawel, tapi hal itu yang akhirnya aku rindukan. Dilema selalu melanda, dan itu yang membuatku sulit berkata.

Aku ingin berkata jujur, tapi aku takut itu menyakitimu. Aku ingin berkata bohong, tapi itu akan mengecewakanmu. Lantas, apakah aku harus diam?

Aku selalu terlambat untuk mengkondisikan hati sehingga sering menyalahkan keadaan atas apa yang terjadi. Tapi ketika semua perkataan sudah tidak bisa kamu mengerti, apakah diamku lebih berarti? Satu hal yang akan disesali adalah jika kelak kita sama-sama pergi.

Aku akan selalu memperhatikanmu dari jauh dan menjagamu dalam diam. Sampai kamu menyadari bahwa aku adalah orang yang harusnya terpilih dan kamu menangkan. Karena mencintai seseorang bukanlah hal yang salah, meski terkadang air mata menjadi simbol untuk berpisah. 

Cinta begitu pedih jika hanya aku yang mencintai, tapi akan lebih berarti jika kita bisa saling mencintai. Keberanianku tidak sebesar mereka yang mencoba mendekatimu. Aku lebih memilih mencintaimu dari kejauhan meski raga begitu dekat.

Aku selalu berharap suatu saat kamu akan tersadar dengan rasa yang aku tunjukan. Prosesnya memang memakan waktu, tapi lebih baik ketimbang lebih dulu memulai tanpa persiapan dengan risiko kehilangan yang menyedihkan.

Jangan memintaku untuk berhenti mencintaimu, apalagi menjauhimu. Karena kedua hal itu yang paling sulit aku lakukan. Mungkin suatu saat aku tersadar betapa bodohnya ketika membaca pesan lama kita yang tersimpan dalam database dunia maya. Karena pada saat itu hanya aku yang memperjuangkan sedangkan kamu mempecundangkan.

Yang terbaik darimu akan selalu ada, tapi aku tidak ingin yang terbaik selain kamu. Harusnya yang terbaik tidak akan meninggalkan, tapi kamu pengecualian. Kamu terlalu sibuk mengejar yang jauh, sampai lupa yang melekat sudah terlepas jauh. Karena ketahuilah, banyak yang merasakan kesepian meski telah jatuh cinta. Itu aku, yang mencintai tanpa pernah diindahkan.

Denganmu mengutuk langkah, tanpamu hidupku penuh duka lara. Sepanjang perjalanan sejak kita berkenalan, apakah kamu merasakan kebahagiaan? Aku rasa kamu hanya akan mengatakan semuanya sama saja.

Ada dan tiadanya aku di sampingmu tidak akan berdampak apapun di kehidupanmu. Satu hal yang perlu kamu tahu, notifikasi pesan darimu di linimasa adalah moodbooster-ku di kala rapuh. Tapi itu bukan lagi cerita saat pesan bertanda hilang tanpa sempat kusimpan dalam draf.

Dulu, Kini, dan nanti.

Dulu, aku sangat mengagumi dirimu, hingga senyum itu mengaduk rindu dan menyayat kalbu. Kini, aku berperang dengan ego untuk memerdekakan hati dari jajahan indahnya masalalu. Nanti, aku akan hidup tenang dan bahagia andai saja kamu ada dalam setiap rencana masa depanku.

Teruntuk kamu, senja yang ingin tenggelam..
Izinkanlah aku bertahan sampai akhirnya bulan memaksaku untuk menyerah! 

---

Tangerang, 3 Mei 2017
Idris Saripudin
#6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar