Jumat, 25 Agustus 2017

Jurnalawas - Makna Keputusan

Gambar Anime "Kotonoha no Niwa" karya Makoto Shinkai

Aku ingin menjadi seseorang yang kamu cari. Seseorang yang kamu rindukan dan khawatirkan saat aku tidak ada kabar. Lalu, saat ketidakhadiranku membuatmu merasa kehilangan.

Saat kamu meminta aku menyanyikan lagu risalah hati karya Dewa 19 itu harusnya membuatmu sadar. Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta. Beri sedikit waktu biar cinta datang karena telah terbiasa. Tapi kamu seolah buta dan tuli, responmu hanya menyakiti hati.

Caramu meninggalkanku sama seperti pendahulumu. Semiotik yang kamu implementasikan bisa aku prediksi dan simpulkan saat itu juga. Berawal dari intensitas pesan singkat dan telepon yang semakin berkurang. Berlanjut dengan balasan pesan singkat dengan sesingkat-singkatnya.

Seiring waktu, kamu enggan mencari topik menarik atau memberikan pendapat agar percakapan terus berlanjut sampai malam mengutuk mata. Tiba akhirnya kamu hilang tanpa kabar pembuka ataupun penutup pesan. Dan, kamu datang kembali dengan segala pertimbangan bahwa hubungan seharusnya diselesaikan jauh sebelum kita berkenalan.

Klasik!

Caramu terlalu mainstream. Aku jatuh cinta dengan perempuan yang berbeda tapi ironisnya patah hati oleh cara melukai yang sama. Padahal aku selalu mengalah untuk mendahulukan kamu bahagia. Tapi yang kamu rasakan hanyalah beratnya hidup saat kita bersama.

Kali ini ekspetasi sangat melampaui kata jauh dari realita. Saat aku menganggap kamu adalah yang terbaik tapi memberikan luka yang lebih menyakitkan dari orang sebelumnya. Dan seolah kamu melakukannya dengan sengaja atau memang sudah terbiasa menolak cinta.

Terlalu mudah aku tebak alasanmu tidak ingin serius dalam hubungan. Berteman menurutmu lebih nyaman dan maksud terselubung agar kamu tetap aman. Padahal jika kamu yakin padaku untuk terus bersama, maka aku akan menjagamu dalam setiap suka dan duka karena terluka adalah risiko dari mencintai dalam ketidakpastian.

Pernahkah kamu merasa sepi dikala ramai? Pernahkah tertawa saat hati terluka? Pernahkah pergi jauh padahal hati merengek pulang? Pernahkah cemburu padahal bukan nomor satu? Pernahkah jatuh padahal hati sangat rapuh? Pernahkah patah hati saat tekad kuat mencintai? Pernahkah menganggap cinta itu salah? Atau, Sanggupkah menolak orang yang benar-benar mencintaimu seutuhnya?

Saling diam jauh lebih buruk daripada pertengkaran hebat. Karena ketika saling diam memiliki risiko meninggalkan begitu saja, tapi saat bertengkar kemungkinan penyelesaiannya lebih cepat. Aku yang patah berkali-kali akan tetap mencintai. Kamu tidak akan menyadarinya, tapi Tuhan tahu berapa kali aku menyebutmu dalam doa.

Ketika kamu terluka adalah bentuk nyata keadilan.
Karena pernah ada cinta yang mungkin kamu abaikan.

---

Tangerang, 25 Agustus 2017
Idris Saripudin
#10

Minggu, 13 Agustus 2017

Jurnalawas - Persepsi Rasa

Gambar Anime "Fuuka" yang ditulis oleh Kouji Seo dengan ilustrasi oleh Eiri Shirai
Aku takut terjebak pada fase dimana peduli menjadi apati. Karena setiap orang bisa saja lelah karena segala bentuk usaha untuk membuat pasangannya bahagia terbuang sia-sia. Semua bisa kamu sadari ketika perhatianku yang sedikit demi sedikit memudar hingga pada akhirnya menghilang tanpa jejak.

Aku terlalu takut untuk melakukan kesalahan. Mungkin hal itu yang membuatmu tidak nyaman atas tindakanku yang kamu anggap kurang pantas. Padahal, semua yang aku lakukan adalah perbaikan untuk menjadi apa yang kamu inginkan. Hanya saja perbedaan persepsi yang sangat signifikan membuat kita selalu bertolak belakang.

Ada hal yang tidak bisa aku ungkapkan, yaitu rindu dan cinta yang selalu tenggelam oleh rasa kecewa. Aku bukan angin yang datang sesaat padamu hanya untuk menyejukan lalu pergi saat panasmu hilang. Tapi terkadang, aku terlalu mudah memaafkan kesalahan karena risiko kehilangan yang aku takutkan. Pada akhirnya, yang pergi akan tetap pergi sekuat apapun aku menggenggamnya.

Apa adanya, deskripsi aku yang sesungguhnya. Kamu menerima segala kekurangan dan mungkin kelebihanku adalah harapan paling sempurna. Sebaliknya, tidak perlu kamu lelah berharap karena aku akan melakukan dengan sebaik yang kamu kira.

Apakah kita akan bersama atau tidak di masa depan? Itu tidak masalah karena saat ini adalah kamu alasanku untuk tetap berjuang. Jika saja kamu menyadari, hari ini rasa sayangku masih sama seperti kemarin saat senyum indahmu hadir disela bertemunya tatap mata kita.

Apa alternatif dari pertemuan? Ya, adalah kita yang bisa saling mendoakan karena rindu bisa terbayar ketika kita melibatkan Tuhan. Aku tidak bisa membiarkan hati menunggumu untuk datang dan menetap. Karena seseorang bisa saja menjauh dari hidup karena terlalu lelah berharap pada hati tanpa kepastian.

Hati kita jauh meski raga begitu dekat. Sikap dinginmu bekukan hati yang sedang berharap. Jangan main-main jika tidak ingin membuat seseorang terlalu berharap. Karena ketika kenyataan bahwa salah satunya tidak memiliki perasaan yang sama adalah hal yang paling menyakitkan.

Mengalihkan bayang wajahmu mungkin saja aku bisa, tapi untuk segala kenangan yang pernah kita lalui bersama adalah tindakan yang tidak akan pernah aku lakukan. Semua orang tau caranya untuk move on, tapi tidak semuanya bisa melakukan.

Apa yang harus aku lakukan ketika seseorang datang menawarkan cinta dan hubungan yang lebih indah, di saat aku belum bisa menyembuhkan luka atasmu yang baru saja pergi meninggalkan?

Ada kemungkinan yang aku percayai meski risiko kecewa terus membayangi. Adalah kamu akan datang kembali pada seseorang yang kamu abaikan padahal dulu orang itu sangat mempedulikanmu. Adalah aku yang berusaha menjadi terbaik untukmu meski jauh dari kata sempurna. Adalah aku yang merelakan waktu untuk menemanimu dikala kamu butuh dan rapuh. Adalah aku yang sangat mencintai saat kamu menyia-nyiakannya.

Mungkin, kita hanya ditakdirkan untuk bertemu sementara.
Bukan untuk bersama membangun kisah bahagia selamanya.

---

Tangerang, 13 Agustus 2017
Idris Saripudin
#9