Gambar Anime "Kami Nomi zo Shiru Sekai" Karya Tamaki Wakiki |
Fajar merapal rindu bersama langit yang mulai sendu. Entah cemburu, atau memang hati masih meragu. Langit titipkan salam di setiap tetes air hujan pagi itu, harap mulai tenggelam karena sukar di hatimu. Air menggenang seperti memori yang terkenang. Ada, tapi hadirnya patahkan arang.
Hujan..
Jangan berhenti terlalu cepat!
Aku tahu tumbuhan inginkan hujan, tapi terlalu banyak hanya akan menenggelamkan. Bunga ajisai memang suka pada hujan, tapi hadirnya akan sirna di hari cerah. Itulah hidup jika banyak bertaruh harapan, sejenak terlihat indah tapi hanya memberatkan.
Apa alasanmu tak suka pada hujan?
Tak perlu kau jawab!
Cukup, simpan saja alasannya!
Setidaknya katakan, meski tak lewat ucapan. Agar seseorang yang ada di dekatmu tahu apa yang kau rasakan. Jangan hanya diam, sebab diam adalah cara terbaik menyakiti seseorang. Aku tahu, melepaskan tak pernah menjadi perkara mudah, terlebih jika yang musti dilepaskan adalah hal yang paling kau harap takkan pernah hilang.
Tunggu..
Seandainya waktu bisa aku putar kembali, akan aku buat kisah kita lebih berarti dan tak ada kata untuk mengakhiri. Karena bagian terberat dari perpisahan bukanlah melepaskan, melainkan hari-hari setelahnya. Di saat aku harus menanggung rindu sendirian, dan parahnya kau tak akan lagi peduli atas apa yang aku rasakan.
Masih meragu?
Atau memang seperti itu caramu?
Ini adil. Kau meninggalkanku menyisakan luka, dan aku akan pergi meninggalkan karma. Di dekatmu aku bahagia, sebab itu aku ingin kita selalu bersama. Kau tak perlu takut, kemarilah saat hatimu tersakiti. Aku cukup bahagia bisa bersamamu, meski hanya sebagai teman berbagi cerita patah hati.
Sadarilah!
Masa menjelang siang, awan hujan masih bahagia hadang cahaya surya. Kau yang hampir sayang, lalu pergi mengundang tawa. Aku tahu kau sudah tak sanggup tersenyum palsu, tapi tak perlu juga kau khianati rindu. Pernah kau meminta agar cinta tiada akhir, tapi implementasi hanya luka yang terukir.
Lelah?
Kau bilang lelah?
Hal yang paling memberatkan adalah berjuang sendirian demi secercah harapan. Berpikirlah jutaan kali sebelum berbuat sesuatu yang membuat seseorang pergi dari hidupmu. Karena bisa saja, nanti justru kau yang merindukannya. Beberapa orang memang mengatakan bahwa tidak sedang merindukan masa lalunya. Tapi pada kenyataannya, hatinya ingin mencari tahu apakah sang mantan baik-baik saja.
Apa kamu sangat membenciku? Hingga setiap upayaku untuk bahagiakanmu terlihat salah di hadapmu. Tenang saja, bahagiamu tujuanku. Bahagiaku? Bukan hal yang harus kau khawatirkan. Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir di hidup mereka.
Perlu kau tahu!
Ada yang menunggumu dengan sabar hanya demi sebatas kabar, dan biarkan tulisanku menjadi kenangan tentang kita yang pernah menjadi sepasang bahagia. Lalu saling melepaskan, sebelum akhirnya saling merindukan. Karena kamu adalah kemungkinan yang harus sedikit aku paksakan, atau bahkan aku ikhlaskan lewat doa yang aku panjatkan.
Egois?
Lebih tepatnya realistis, mencintai meski hati teriris sadis.
---
Tangerang, 30 Maret 2017
Idris Saripudin
#2