Kamis, 10 November 2016

Puisi - Dilema Bangsaku

DILEMA BANGSAKU

Bangsa Indonesia..
Diam dirundung dilema..

Mana yang harus diprioritaskan?
Keyakinan Agama?

Atau persatuan Negara?

Harus berpihak kemana?
Tuhan yang Maha Kuasa?
Atau manusia yang kebetulan memiliki kuasa?

Bilang Ideologi kebhinnekaan..
Tapi selalu salahkan perbedaan..
Bilang falsafah negara pancasila..
Tapi kebenaran selalu dicela..

Kesalahan kecil diusut cepat..

Kesalahan besar diperlambat..
Orang kecil dihukum berat..
Orang besar dilindungi aparat..

Siapa yang salah?
Siapa yang benar?
Yang baik disebut relatif..
Yang salah harap maklumi..


Bilang keadilan harus dijunjung..

Rayu sedikit langsung tersanjung..
Pengadil tak boleh berat sebelah..
Tapi penentuan hukum selalu salah..

Apa? Siapa?
Dimana? Kapan?
Mengapa? Bagaimana?
Jawaban tak gambarkan fakta!

Lupa dengan sejarah..
Lupa pada pahlawan..
Untuk apa bela yang salah?
Sampai rakyat sendiri dilawan..

Mana yang lebih penting?
Citra diri atau umat sendiri?
Apa yang akan dilakukan?
Bertindak atau berdiam diri?


Mari sadar melawan lupa!

Pikirkan segala prioritas utama!
Bangsa besar menghargai sejarah..
Tapi tak lupa akan Agama..

Karya: Idris Saripudin

Kamis, 03 November 2016

Puisi - Tidak Diduga

TIDAK DIDUGA

Aku bertanya pada diriku...
Apakah akan seperti ini?
Andai pertemuan itu tidak pernah terjadi...
Aku rasa tidak...

Setelah musim silih berganti...
Tak pernah ada kata yang dapat terucap...
Antara aku dengannya...

Aku yang hanya tersipu malu...
Pada saat itu...
Hanya bisa termenung...
Mengingat akan dirinya...

Yang aku rasa…
Dia tak pernah mengenalku...
Siapa diriku...
Bahkan mengenal namaku...

Namun tak lama...
Lewat gadget ini...
Pertanyaan yang ada di benakku...
Menjawab semuanya....

Ternyata dia mulai mengingat siapa diriku...
Dia adalah teman kecil dulu...
Dimana aku dengannya berada…
Ditempat yg sama…
Untuk menuntut ilmu agama...

Karya: Rima Ismayanti

Puisi - Hafal Muka tak ingat Nama

HAFAL MUKA TAK INGAT NAMA

Terlihat sosok di kejauhan..
Wanita anggun berkerudung hitam..
Keluar stasiun menuju jalan..
Hafal muka.. Nama tak paham..

Ingin menyapa.. Ragu benarkan..
Ingin tersenyum.. Bibirpun kaku..
Mata melirik.. Kepala merunduk..
Hati bertanya kenapa diam?

Mulai mengingat siapa gerangan..
Wajah tak asing sering terlihat..
Sempat berbalik tuk memastikan..
Terlalu lama hingga terlewat..

Kenapa hati mulai tak tenang?
Pikirkan dia yang telah lewat..
Ingatan sejarah mulai terkenang..
Walau durasi hanya sesaat..

Buka gadget mencari nama..
Media sosial sumber utama..
Seperti pernah muncul di beranda..
Wajah tak asing bernama rima..

Hati tersentak mulai teringat..
Ternyata ada hal yang hilang..
Selama ini diri tak tersadar..
Ternyata dia telah kembali pulang..

Lama waktu untuk mengingat..
Mengikis kenangan yang ada..
Masa kanak-kanak yang telah lewat..
Menuntut ilmu guru yang sama..

Malu hati karena lupa..
Menyesal karena berpura-pura..
Biar saja begini adanya..
Akan kumulai lagi dari pertama..

Karya: Idris Saripudin

Rabu, 02 November 2016

Puisi - Ketika Bimbang

KETIKA BIMBANG

Ya sudah..
Berliburlah selagi bisa
Bersenang-senanglah
Selagi sempat tersenyum bahagia

Kita tidak akan pernah tahu
Seperti apa yang ada di depan
Hidup tak selamanya suka
Dan tak selamanya pula tawa

Harus siap hadapi cobaan
Duka yang membuat terluka
Syukuri apa yang ada
Selagi sempat kita nikmati bersama

Jika senang hanya sementara
Maka susah kita jalani bersama
Saat masih tersimpan rasa percaya
Niscaya tidak akan ada dusta

Sejauh apapun melangkah
Selama apapun waktu berjalan
Sebaik apapun kita berusaha
Pasti akan selalu ada cobaan

Niat.. Ikhtiar.. dan bertawakal
Semua memang harus sejalan
Percaya akan takdir-Nya
Karena scenario-Nya tidak akan mengecewakan

Karya: Idris Saripudin

Puisi - Sebelum Surya

SEBELUM SURYA

Langit gelap nampak biru
Hembusan angin menyentuh tulang
Mata sepat hati kelabu
Melawan kantuk semangat juang

Raga lemas tak beri untung
Berat hati paksakan tubuh
Tatap waktu diam termenung
Rasakan beban tak lagi utuh

Dingin air getarkan jiwa
Basuh muka beri ketenangan
Nikmat meresap sejuk terbawa
Mulai nampak indahnya angan

Buka pintu sambut harapan
Sepi tanpa ada sambutan
Tanah basah ulah hujan
Jejaki jalan tengah persawahan

Jarum waktu pukul empat
Sebelum surya terang bulan
Hati tenang merasa sempat
Dapati kereta awal pemberangkatan

Warga stasiun terlihat sayu
Hadapi ego hati mengalah
Satu anak tampak kemayu
Hibur hati yang mulai kalah

Terdengar suara memecah hening
Lihat sorot lampu kereta
Jantung berdegup raga bergeming
Hadapi hari penuh cinta

Pintu terbuka seru di dalam
Mata penumpang diam terpejam
Berharap hari tak jadi kelam
Sampai datang waktu malam

Karya: Idris Saripudin

Puisi - Langkah Kala Senja

LANGKAH KALA SENJA

Hilang waktu tak tentu arah..
Tengok keluar diam sejenak..
Terdengar sorak anak gembira..
Sinar mentari hangatkan benak..

Hati termenung melawan lupa..
Rasakan penat tak kunjung ingat..
Ada yang hilang tak tahu apa..
Terbang cepat bagaikan lalat..

Terdengar dering yang tak asing..
Hati gusar tak teriringi..
Terpancar cahaya di dekat dinding..
Mulai nampak lekas datangi..

Tertera pesan terpampang nama..
Hati cemas teringat janji..
Khilaf.. Ceroboh.. Salah dimana?
Nyatanya waktu sedang menguji..

Siap bergegas waktu nan rapat..
Menuju stasiun lekas berlari..
Berharap kereta tak datang cepat..
Biar dia tak bingung mencari..

Stasiun hening dikala senja..
Jarang penumpang berlalu lalang..
Tengok ujung peron dengan sengaja..
Kereta datang bawa kenangan..

Nada stasiun tenangkan hati..
Seru petugas kereta kan datang..
Jaga diri berhati-hati..
Kaki bergetar pikiran tegang..

Klakson dan gemuruh roda kereta..
Tandai jarak mulai mendekat..
Hembuskan napas menutup mata..
Doa harapan mulai terpanjat..

Kereta berhenti tepat di depan..
Kaki kanan melangkah masuk..
Tengok sekitar kiri dan kanan..
Tiada tempat untukku duduk..

Berdiri dekat jendela pintu..
Menatap laju tinggalkan asal..
Banyak kenangan menjadi satu..
Teringat luka yang tertinggal..

Lagu buat suasana haru..
Jelas terdengar dalam telinga..
Teringat ada lembaran baru..
Yang menutupi lubang menganga..

Berjalan waktu kereta sampai..
Di stasiun tua yang kian ramai..
Hati panik tercerai berai..
Lihat senyumnya membawa damai..

Karya: Idris Saripudin