Kamis, 21 September 2017

Jurnalawas - Pesan Kehilangan

Gambar Byōsoku Go Senchimētoru5 Centimeters Per Second Karya Makoto Shinkai

Pagi ini mentari enggan hadirkan sinar dan hangatnya. Entah karena mendung atau memang sudah bosan dicampakan. Ucapan selamat pagi selalu kulontarkan dalam pesan di linimasa. Meski bersifat general dan kemungkinan sia-sia yang aku dapati, tapi aku berharap kamu membacanya meski tidak dengan merasakannya.

Dulu, rindu sering terucap padahal kita baru bertemu. Saat ini, menjadi tanya ketika kamu berpura lupa saat kita bertemu. Curang, rinduku selalu saja bertambah tanpa berkurang. Padahal kamu sedang asik-asiknya tersenyum dan tertawa sekarang. Mungkin, sebab aku mencintai setengah mati padahal aku tahu kamu membalasnya tanpa peduli.

Ketika air mata jatuh tanpa perlu bicara, saat terluka tidak bersuara di tengah gelak tawa. Mungkin kesalahanku adalah menyukaimu saat ada orang lain yang menyukaimu juga. Ada rasa curiga, semacam tidak percaya. Menghindar bukan untuk berhenti menyakiti, tapi bentuk lain dari penyikasaan hati sendiri. Aku tidak berjanji untuk selalu ada di sisimu, tapi aku berjanji untuk setia kepadamu.

Aku terlalu sibuk berharap pada seseorang, tanpa aku sadari ada seseorang yang juga sedang berharap padaku disana. Yang aku harapkan hanya sembuh dari patah hati saat fungsi tubuh ini terus menerus tersakiti, dan aku tidak ingin berharap pada siapapun kini. Sayang, bodoh, dan egois itu semua beda tipis. Ketika terus mempertahankan padahal hati selalu meringis kesakitan.

Manusia selalu terlambat dalam menyadari suatu hal, sebab itu tidak ada cinta dan maaf yang terlalu cepat. Berhentilah berharap untuk orang yang hatinya tidak ingin dia berikan, karena hanya ada luka dan kecewa yang akan didapatkan. Sesuatu yang pergi jauh, adalah dulu yang pernah datang dan menetap.

Kesempatan tidak lagi ada. Aku tetap mengaharapkanmu dalam doa. Dekapmu terlalu hangat dan segala tentangmu masih kuingat. Menangis adalah caraku merayakan kehilangan, saat tatapku bertemu dengan kebahagiaan yang sedang kamu rasakan.

Ketika ada orang yang membuatmu lebih mencintai.
Kenapa aku dibuat mencitai sedalam cintamu pada orang itu?

Aku bertanggungjawab pada putusan saat kamu meminta untuk dilepaskan. Urusan masih mencitaimu atau tidak adalah aku yang patut mengetahuinya. Saat aku mati-matian berjuang, tapi kamu malah lupa jalan berpulang. Ketika aku menyusul untuk menjemput cinta, yang ada aku terjebak dalam gelapnya hati yang tersesatkan. Yang aku tahu, mengingatmu bukan berarti memintamu kembali.

Bolehkah aku?
Bisakah aku?

Aku ingin lari dan menjauh darimu. Aku ingin menghapus kenangan dalam memori tentangmu. Berharap tersesat saat aku harus mencarimu. Ketika aku tidak tahu jalan untuk hati berpulang, aku harap tempat saat berhenti adalah akhirku untuk menetap dan menikmati jeda lelahnya mencari. Pada titik akhir pencarian nanti, jalan menuju singgahsanamu tidak akan kuingat lagi.

Untukmu, jangan kecewakan lagi orang yang memperjuangkanmu.
Karena, kapan dia menyerah adalah hal yang tidak akan kamu tahu.

---

Tangerang, 21 September 2017
#12

Minggu, 10 September 2017

Jurnalawas - Kontemplasi Origami

Gambar Anime Fukigen na Mononokean karya Kiri Zawa

Origami dengan cinta dan airmata di setiap lipatannya, mulai berdebu dan hanya kusimpan saja. Rindu terus tertahan dan menumpuk saat hati mulai remuk. Denganmu aku belajar tentang harapan dalam ketidakpastian. Perasaan yang terabaikan saat diriku kamu buat terkesan.

Senyum tidak akan pernah menghilangkan masalah yang ada, tapi itu membuatku merasa lebih tenang dari sebelumnya. Terkadang janji hadir sebagai penenang, meski aku tahu akan berakhir dengan kebohongan. Rindu dibasuh perih saat kamu kembali. Dan semua akan terasa sama, saat ingin mendapatkan maka kamu hanya akan berjuang di langkah pertama.

Bertahan untukmu adalah hal yang paling sulit dan terasa sakit. Tapi aku percaya bahwa yang sakit akan sembuh jika sedikit bersabar. Aku memang mencintaimu, tapi aku tidak ingin memaksamu untuk melakukan hal yang sama. Meski ingin memaksa, aku tidak berani untuk mengatakannya.

Aku melihatmu di kejauhan sebagai langkah awal. Seiring waktu, mulai mendekatkan diri dengan keberanian. Telah lama dan masih belum sempat aku menyatakan perasaan. Tapi kamu pergi dengan cepat dari pandangan tanpa meninggalkan bayangan. Menjauh darimu itu sangat sulit, apalagi melupakan kenangan saat bersamamu yang alurnya berbelit-belit.

Aku tidak akan menyerah meski berkali-kali patah. Aku bersedia menunggu lebih lama asalkan kamu hadir sebagai pendampingku di akhir cerita masa muda. Bahagia hadir setelah sedih sesuai dengan skenario Tuhan. Karena cinta dan pedih menjadi denyut nadi kehidupan.

Sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir baik, begitulah yang sering terjadi. Tapi mundur untuk mencintaimu saat aku sedang sayang-sayangnya menjadi pengecuali sebelum kamu memintaku untuk berhenti. Terkadang, lebih baik mundur daripada jatuh dan terluka dengan cara yang sama.

Kamu memang orang yang biasa saja, tapi bisa membuat diriku istimewa saat kita berdampingan. Segala hal tentangmu selalu menyenangkan untuk dibahas. Sebelum kamu memutuskan pergi bersama kenangan yang menyesakkan. Harapanku setiap malam adalah semoga mimpiku menjadi indah karena kamu hadir di dalamnya.

Kepada bulan aku mengadu.
Menitipkan rindu yang mulai meragu.

Suatu saat kita akan tersadar. Semakin banyak yang kita ambil, maka semakin sedikit yang kita dapatkan. Logika selalu ada di setiap hati yang terluka, saat kata hati menyatakan tidak ada yang salah dengan perasaan. Mempertahankanmu karena nyaman, sabar menghadapimu karena sayang, itu semua aku lakukan karena takut kehilangan.

Jangan kembali saat hati dan perasaanku terasa lebih baik. Karena dalam kedamaian hati dan pikiran semuanya terlihat jelas. Ketika berharap pada sesuatu yang aku harapkan tidak pantas lagi menjadi sebuah harapan.

Teruntuk cahaya surya di pagi buta.
Cukupkah hangatmu menemani rindu sampai senja di pelupuk mata?

---

Tangerang, 10 September 2017
#11